Wartawan
sebagai salah satu profesi komunikasi yang paling diminati, ternyata bukan
hanya sekadar sebagai kuli tinta yang mencari cari berita, namun juga teryata
semua jajaran dalam menejerial suatu perusahan surat kabar merupakan seorang
jurnalis ataupun wartawan. untuk lebih jelas mengenai hal ini penulis
berbincang dengan seorang direktur opersional radar jogja. salah satu
perusahaan surat kabar ternama di jogja.
Nama
lengkapnya adalah Abdi D. Noor ,beliau menjelaskan bahwa meskipun dirinya seorang direktur
cabang, namun dia tetap seorang jurnalis “ saya tetep jurnalis, wartawan. namun
dalam jabatan sebagai direktur radar
jogja” ujarnya. Meskipun Dalam pelaksanaannya
kerja seorang direktur berbeda dengan wartawan .” kalo direktur kan
memikirkan perusahaan, memikirkan target perusahan, jumlah oplah, iklan dan yang mengenai menejerial, kalo wartawan yah
Cuma mencari berita nulis dan
menyerahkan ke editor ataupun redaksi “ tuturnya saat ditanyai penulis.
Meskipun
sekarang kehidupan abdi tergolong mapan dan sukses, pria asli tegal ini tidak
serta merta menjadi seperti ini, “ dulu saya wartawan mas, wartawan kampus
malahan, “ tukasnya ramah, karir profesionalnya
dalam bidang komunikasi baru di mulai setelah ia lulus dari UNS sebegai
wartawan di jateng pos “ awalnya saya
menjadi wartawan jateng pos unutk daerah magelang , baru setelah tahun 2000
saya pindah di radar jogja sebagai wartawan biasa” ujarnya. Sebagai perintis
radar jogja, karir abdi memang tergolong mulus, ia hanya membutuhkan waktu yang
singkat untuk mendapat promosi jabatan “ waktu itu tahun 2000 saya pindah ke
jogja, kemudian 2006 jadi editor kemudian pemimpin redaksi dan dari 2011 saya
menjadi direktur ini”.
Sebagai
direktur yang pernah menjadi wartawan,
editor, dan pemimpin redaksi , abdi mengaku lebih senang menjadi wartawan karena
kerjanya yang tergolong santai “ kalo yang paling enak menjadi wartawan, tapi
sebenarnya yang lebih enak itu kalo pekerjaan wartawan dan gaji direktur”
katanya sambil tertawa.
Selama 14
karirnya direktur yang tergolong nyentrik ini memiliki banyak suka dan duka
dalam menjalani profesinya .” sukanya waktu jadi wartawan memang ritme kerjanya enak, sering
keluarm jalan jalan, banyak ketemu orang, yang dukanya yah kadang kehujanan,
yah yang seperti itulah, ada juga yang harus malam malam di duruh liputan, dan
gajinya Cuma 300.000 sebulan ” ujarnya bersemangat. Sedangkan saat jadi editor
abdi memiliki suka duka yang berbeda.” Saar menjadi editor suka kerjananya
doank yang berangkat sore sampai malam, dan kayak belajar juga, kalo dukanya
yah mungkin tidurnya itu kurang “.
Meskipun
terlihat banyak sukanya, direktur juga ternyata banyak dukanya “ direktur itu
paling suka di gaji dan kerjanya terlihat santai, tapi tanggung jawab yang
besar dan resiko stress yang sangat besar” tuturnya, namun memang ritme kerja
dalam di bidang jurnalis itu lebih mengasikkan dan tidak membosankan, karena
tidak monoton.
Direktur
berumur 43 tahun ini memiliki banyak kenangan paling berkesan selama menjalani
profesi komunikasinya, salah satunya saat di hampir dibunuh “ pengalaman yang
paling berkesan itu ketika di lapangan. Liputan di penambangan pasir merapi
daerah srumbung kalo nggak salah , sampe hampir di bacok, unutk selamat “
ceritanya. Ternyata usut punya usut itu adalah daerah konflik yang belum selesai dan tidak tahu bahwa abdi
adalah seorang wartawan, dan yang menyelamatkannya adalah warga asli yang
mengetahui profesinya.
Pria
kelahiran tegal, 4 mei 1973 ini menganggap bahwa prestasi adalah ketika
beritanya dimuat dan di jadikan sebagai tolak ukur, sedangkan pengakuan
perusahaan adalah hal yang berbeda “ kalo prestasi biasa biasa aja, waktu itu
saya bekerja sebagai wartawan,editor ,
edaktur untuk perusahaan , artinya selama 14 tahun dengan semua kekurangan saya
kemudian saya di angkat menjadi direktur yah menurut saya itu sebuah prestasi”.
Abdi yang
kala itu baru saja pulang dari surabaya membagi tips untuk menjadi wartawan
yang baik, wartawan adalah profesi yang intinya adalah menulis, jadi untuk menjadi wartawan yang baik kita
disarankan untuk memperbanyak membaca, membaca pun lebih baik karya karya
sastra seperti novel ataupun cerpen, hal ini bertujuan untuk menambah kosa kata
dan penguasaan bahasa sehingga kalimat kalimat yang kita tulis memiliki seni
dalam penyampaian ke publik , selain itu belajarpun perlu. Namun yang paling
dipentingkan adalah kesenangan, ketika seseorang memiliki kesenangan dalam
suatu hal, maka pengerjaanyapun akan dilakukan dari hati. Sulit memang,
ditambah tidak semua orang memilikinya maka dari itu perlu adanya pemebelajaran
dan pelatihan.
Bagi abdi
semua profesi memiliki kendalan dan hambatan, untuk profesi wartawan itu
sendiri kendalanya adalah ketika tidak ada berita yang memenuhi nilai berita,
dan solusi terbaik menurut abdi adalah menciptakan isu yang kiranya menarik
seperti membuat feature berita berita menarik sebelumnya, atau ke orang orang
yang berprestasi yang diangkat profile tentang mereka, dan melokalisasi isu
dengan narasumber narasumber yang berkompeten, contonya tentang melokalisassi
isu BBM yang kita mencari tanggapan warga lokal Jogja.
Oleh
karena itu, seorang wartawan butuh bebrapa
karakter yang kuat, seperti seorang wartawan harus kreatif. Karena tidak
setiap hari ada berita menarik, maka karakter kreatif mendorong berita berita
berkualitas. Karakter lainnya adalah mendalami. Yaitu wartawan harus tahu semua
hal dengan apa yang ditulisnya, sehingga tidak ada kesalahan dalam
penulisannya, dan yang paling penting dan utama adalah independen, agar tidak
menjadi wartawan yang bisa disuap. “ wartawan itu harus tidak mau di suap,
karena saat wartawan bisa disuap, harga diri wartawan dan perusahaan menjadi
rendah, dan seorah bisa dibeli” jelas abdi. Sedangkan cara utama untuk
menciptakan karkteristik itu semua adalah dengan belajar dan berlatih, juga
pengawasan dalam rapat rapat yang dilakukan oleh perusahaan yang dipimpinnya.
Wartawan yang
juga ada di setiap negara memungkinkan adanya persaingan dalam profesi ini,
mengacu pada perkembangan dewasa ini, indonesia 2 tahun lagi akan terggabung
dalam isu perdagangan bebas dunia, meskipun hanya ruang lingkup asean, namun
tetap saja banyak sektor yang akan dipengaruhi, tak terkecuali dalam sektor
komunikasi, profesi profesi komunikasipun akan bersaing dengan negara negara
asean. ” Untuk surat kabar sebenarnya tidak terlalu mengkhawatrikan, setiap
negara mempunyai khalayaknya masing masing, sehingga peredaran setiap negara
memiliki peredarannya masing masing “ tuturnya. Oleh karena itu Prospek pelaku
komunikasi seperti wartawan dalam mengahadapi AFTA, akan sedikit berubah,
sistem online akan lebih mendominasi ” sebenarnya di indonesia karena koneksi
internet kita masih tergolong lambat, bisnis surat kabar online masih sedikit
peminatnya, terutama masalah iklan, makanya menurut saya koran tetep menjadi
primadona ke dua setelah Tv in di Indonesia 5 sampai 10 tahun ke depan.
wartawan
ataupun jurnalis yang berkembang di masyarakat memang terkesan hanya yang ada
di lapangan, namun sebenarnya semua jajaran yang bekerja di jajaran suatu
perusahaan surat kabar adalah termasuk jurnalis, karena dalam pelaksanaaanyapun
berita yang ditulis oleh wartawan ditanggungjawabi oleh seorang pemimpim
redaksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar