• Breaking News

    Jurnalis Profesional

    Kamis, 22 September 2016

    DIREKTUR PUN JUGA WARTAWAN


    Wartawan sebagai salah satu profesi komunikasi yang paling diminati, ternyata bukan hanya sekadar sebagai kuli tinta yang mencari cari berita, namun juga teryata semua jajaran dalam menejerial suatu perusahan surat kabar merupakan seorang jurnalis ataupun wartawan. untuk lebih jelas mengenai hal ini penulis berbincang dengan seorang direktur opersional radar jogja. salah satu perusahaan surat kabar ternama di jogja.
    Nama lengkapnya adalah Abdi D. Noor ,beliau menjelaskan  bahwa meskipun dirinya seorang direktur cabang, namun dia tetap seorang jurnalis “ saya tetep jurnalis, wartawan. namun dalam jabatan  sebagai direktur radar jogja” ujarnya. Meskipun Dalam pelaksanaannya  kerja seorang direktur berbeda dengan wartawan .” kalo direktur kan memikirkan perusahaan, memikirkan target perusahan, jumlah oplah, iklan  dan yang mengenai menejerial, kalo wartawan yah Cuma  mencari berita nulis dan menyerahkan ke editor ataupun redaksi “ tuturnya saat ditanyai penulis.
    Meskipun sekarang kehidupan abdi tergolong mapan dan sukses, pria asli tegal ini tidak serta merta menjadi seperti ini, “ dulu saya wartawan mas, wartawan kampus malahan, “ tukasnya ramah, karir profesionalnya  dalam bidang komunikasi baru di mulai setelah ia lulus dari UNS sebegai wartawan di jateng pos  “ awalnya saya menjadi wartawan jateng pos unutk daerah magelang , baru setelah tahun 2000 saya pindah di radar jogja sebagai wartawan biasa” ujarnya. Sebagai perintis radar jogja, karir abdi memang tergolong mulus, ia hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk mendapat promosi jabatan “ waktu itu tahun 2000 saya pindah ke jogja, kemudian 2006 jadi editor kemudian pemimpin redaksi dan dari 2011 saya menjadi direktur ini”.
    Sebagai direktur yang pernah menjadi  wartawan, editor, dan pemimpin redaksi , abdi mengaku lebih senang menjadi wartawan karena kerjanya yang tergolong santai “ kalo yang paling enak menjadi wartawan, tapi sebenarnya yang lebih enak itu kalo pekerjaan wartawan dan gaji direktur” katanya sambil tertawa.
    Selama 14 karirnya direktur yang tergolong nyentrik ini memiliki banyak suka dan duka dalam menjalani profesinya .” sukanya waktu jadi  wartawan memang ritme kerjanya enak, sering keluarm jalan jalan, banyak ketemu orang, yang dukanya yah kadang kehujanan, yah yang seperti itulah, ada juga yang harus malam malam di duruh liputan, dan gajinya Cuma 300.000 sebulan ” ujarnya bersemangat. Sedangkan saat jadi editor abdi memiliki suka duka yang berbeda.” Saar menjadi editor suka kerjananya doank yang berangkat sore sampai malam, dan kayak belajar juga, kalo dukanya yah mungkin tidurnya itu kurang “.
    Meskipun terlihat banyak sukanya, direktur juga ternyata banyak dukanya “ direktur itu paling suka di gaji dan kerjanya terlihat santai, tapi tanggung jawab yang besar dan resiko stress yang sangat besar” tuturnya, namun memang ritme kerja dalam di bidang jurnalis itu lebih mengasikkan dan tidak membosankan, karena tidak monoton.
    Direktur berumur 43 tahun ini memiliki banyak kenangan paling berkesan selama menjalani profesi komunikasinya, salah satunya saat di hampir dibunuh “ pengalaman yang paling berkesan itu ketika di lapangan. Liputan di penambangan pasir merapi daerah srumbung kalo nggak salah , sampe hampir di bacok, unutk selamat “ ceritanya. Ternyata usut punya usut itu adalah daerah konflik yang  belum selesai dan tidak tahu bahwa abdi adalah seorang wartawan, dan yang menyelamatkannya adalah warga asli yang mengetahui profesinya.
    Pria kelahiran tegal, 4 mei 1973 ini menganggap bahwa prestasi adalah ketika beritanya dimuat dan di jadikan sebagai tolak ukur, sedangkan pengakuan perusahaan adalah hal yang berbeda “ kalo prestasi biasa biasa aja, waktu itu saya bekerja  sebagai wartawan,editor , edaktur untuk perusahaan , artinya selama 14 tahun dengan semua kekurangan saya kemudian saya di angkat menjadi direktur yah menurut saya itu sebuah prestasi”.
    Abdi yang kala itu baru saja pulang dari surabaya membagi tips untuk menjadi wartawan yang baik, wartawan adalah profesi yang intinya adalah menulis,  jadi untuk menjadi wartawan yang baik kita disarankan untuk memperbanyak membaca, membaca pun lebih baik karya karya sastra seperti novel ataupun cerpen, hal ini bertujuan untuk menambah kosa kata dan penguasaan bahasa sehingga kalimat kalimat yang kita tulis memiliki seni dalam penyampaian ke publik , selain itu belajarpun perlu. Namun yang paling dipentingkan adalah kesenangan, ketika seseorang memiliki kesenangan dalam suatu hal, maka pengerjaanyapun akan dilakukan dari hati. Sulit memang, ditambah tidak semua orang memilikinya maka dari itu perlu adanya pemebelajaran dan pelatihan.
    Bagi abdi semua profesi memiliki kendalan dan hambatan, untuk profesi wartawan itu sendiri kendalanya adalah ketika tidak ada berita yang memenuhi nilai berita, dan solusi terbaik menurut abdi adalah menciptakan isu yang kiranya menarik seperti membuat feature berita berita menarik sebelumnya, atau ke orang orang yang berprestasi yang diangkat profile tentang mereka, dan melokalisasi isu dengan narasumber narasumber yang berkompeten, contonya tentang melokalisassi isu BBM yang kita mencari tanggapan warga lokal Jogja.
                    Oleh karena itu, seorang wartawan butuh bebrapa  karakter yang kuat, seperti seorang wartawan harus kreatif. Karena tidak setiap hari ada berita menarik, maka karakter kreatif mendorong berita berita berkualitas. Karakter lainnya adalah mendalami. Yaitu wartawan harus tahu semua hal dengan apa yang ditulisnya, sehingga tidak ada kesalahan dalam penulisannya, dan yang paling penting dan utama adalah independen, agar tidak menjadi wartawan yang bisa disuap. “ wartawan itu harus tidak mau di suap, karena saat wartawan bisa disuap, harga diri wartawan dan perusahaan menjadi rendah, dan seorah bisa dibeli” jelas abdi. Sedangkan cara utama untuk menciptakan karkteristik itu semua adalah dengan belajar dan berlatih, juga pengawasan dalam rapat rapat yang dilakukan oleh perusahaan yang dipimpinnya.
    Wartawan yang juga ada di setiap negara memungkinkan adanya persaingan dalam profesi ini, mengacu pada perkembangan dewasa ini, indonesia 2 tahun lagi akan terggabung dalam isu perdagangan bebas dunia, meskipun hanya ruang lingkup asean, namun tetap saja banyak sektor yang akan dipengaruhi, tak terkecuali dalam sektor komunikasi, profesi profesi komunikasipun akan bersaing dengan negara negara asean. ” Untuk surat kabar sebenarnya tidak terlalu mengkhawatrikan, setiap negara mempunyai khalayaknya masing masing, sehingga peredaran setiap negara memiliki peredarannya masing masing “ tuturnya. Oleh karena itu Prospek pelaku komunikasi seperti wartawan dalam mengahadapi AFTA, akan sedikit berubah, sistem online akan lebih mendominasi ” sebenarnya di indonesia karena koneksi internet kita masih tergolong lambat, bisnis surat kabar online masih sedikit peminatnya, terutama masalah iklan, makanya menurut saya koran tetep menjadi primadona ke dua setelah Tv in di Indonesia 5 sampai 10 tahun ke depan.
    wartawan ataupun jurnalis yang berkembang di masyarakat memang terkesan hanya yang ada di lapangan, namun sebenarnya semua jajaran yang bekerja di jajaran suatu perusahaan surat kabar adalah termasuk jurnalis, karena dalam pelaksanaaanyapun berita yang ditulis oleh wartawan ditanggungjawabi oleh seorang pemimpim redaksi.
     

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar